"Sedekah Menyelamatkan Saya"
Dengan langkah gontai dan lemas,
Mulyadi keluar dari kantor sebuah bank yang terletak di Jalan
Diponegoro Jakarta Pusat, Jumat sore di bulan September 2006. Ia tak
bisa berbuat apa-apa lagi. Pihak bank memintanya untuk kooperatif,
karena Senin atau Selasa, kantor pelelangan akan menyita seluruh
asetnya.
''Jumat itu,
saya diminta pihak bank untuk segera kooperatif atas kedatangan
kantor pelelangan bahwa Senin atau Selasa akan datang untuk menyita
asset saya. Kantor pelelangan tersebut akan mencoba menyelesaikan
masalah saya dengan konsep dilelang,'' tutur Mulyadi mengawali
kisahnya kepada Republika akhir pekan lalu.
Selain bekerja
di suatu perusahaan, suami dari Nurasiah Jamil ini membuka usaha
sendiri. Posisi terakhir yang dijabatnya adalah Direktur Utama PT
Zebra Nusantara TBk, perusahaan transportasi terbesar di kota
Surabaya. ''Dari kesulitan-kesulitan makro berimbas kepada kesulitan
termasuk perusahaan yang saya kelola. Akumulasi kesulitan itu
berakibat terhadap terancamnya aset-aset yang saya miliki, ujarnya.
Nilai aset itu hampir Rp 2 miliar, dan akumulasi utang hampir Rp 3
miliar.
Dan, untuk kali
pertama dalam hidupnya, pria kelahiran Bogor 2 November 2023 yang
pernah menjabat Direktur Utama PT Steady Safe Tbk ini menggunakan
kendaraan umum untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Jujur saja,
selama ini Mulyadi ke mana pun selalu menggunakan sopir. ''Akhirnya
saya naik Busway karena itu kendaraan yang saya lihat berlalu lalang.
Pertama kali saya naik bis ya itu dari depan hotel Mandarin menuju
Al Azhar. Saya shalat Maghrib di situ saya lihat dan mendengar
publikasi dari pengurus masjid tentang adanya tausiah.''
Ia pun
beriktikaf di Masjid Agung Al Azhar hingga waktu Isya tiba. Setelah
shalat Isya berjamaah Mulyadi mengikuti pengajian yang malam itu
menampilkan dai muda Ustadz Yusuf Mansur sebagai penceramah. ''Saya
terkejut, ketika dalam tausiyah mengatakan, 'Mungkin di antara
jamaah yang hadir di sini adalah orang yang tidak sama sekali
berniat untuk datang ke Al Azhar bahkan mendengarkan tausiyah dari
saya. Tapi, jamaah tersebut saat ini sedang dilanda kesulitan yang
luar biasa','' ungkap Mulyadi menirukan.
Intinya, sang
ustadz mengatakan bagaimana cara mengatasi kesulitan dan
mengharapkan pertolongan Allah. Caranya adalah dengan bersedekah,
dan lebih utma adalah benda yang paling dicintainya.
Tanpa pikir
panjang, Mulyadi pun mengikhlaskan jam tangan merek Bvlgari
yang melingkar di tangannya seharga 3.000 dolar AS untuk
disedekahkan. ''Waktu itu, yang paling berharga hanya jam tangan
karena di dompet hanya ada uang Rp 110 ribu. ATM saldonya sudah
sangat minimum, Kartu Kridit sudah over limit. Waktu itu
saya pikir kalau saya sedekahkan Rp 100 ribu uang saya tinggal Rp 10
ribu.
Sejenak ada
rasa berat. Jam tangan itu memang tipe jam yang diidam-idamkannya
dari dulu. Namun ia segera menepisnya. Saat dilelang, jam itu dibeli
seorang jamaah seharga Rp 200 ribu.
Ia merasa
enteng sepulang dari masjid. Ia mengaku berada di puncak kepasrahan
tertinggi selama hidupnya. Ia siap untuk menerima keputusan apapun,
termasuk hilangnya semua aset yang dimilikinya.
Tak lama
kemudian, teleponnya berdering. Jauh sebelum krisis mendera dirinya,
ia pernah mengajukan sebuah proposal proyek kepada sebuah lembaga.
Suara telepon di seberang sana menanyakan proposalnya dulu, apakah
berminat untuk meneruskan atau tidak. Allah menggerakkan hatinya
untuk mengakomodasi proposal saya, kisahnya penuh suka cita.
Senin, hanya
berselang dua hari setelah mensedekahkan jam Bvlgari-nya,
Mulyadi diminta datang ke kantor rekannya bersamaan dengan rencana
eksekusi lelang. Mereka sepakat bekerja sama.
Tak sampai
seminggu, ia sudah meneken surat perjanjian kerja sama. Uang muka
honorarium segera dikirim ke rekening, begitu kata mereka. Di hari
batas terakhir ia harus melunasi hutangnya, ia pergi ke bank.
Subhanallah, sudah ada jumlah uang yang sangat-sangat cukup
untuk menyelesaikan semua kewajiban saya,ia berkisah dengan mata
berbinar.
Ia tak akan
pernah melupakan kisah itu. ''Inilah pengalaman batin yang paling
berkesan sepanjang hidup saya. Apa yang kita sangka, tak selalu
seperti itu yang Allah kehendaki.
Ia pun teringat,
boleh jadi, keajaiban itu datang karena sebelumnya ia berikhtiar,
berdoa tanpa putus, ibadah puasa Senin-Kamis, shalat dhuha setiap
hari, iktikaf di masjid, dan selalu mendoakan orang tua.
Mulyadi
bersyukur Allah memberinya kesulitan hidup, karena itu adalah
momentum untuk melihat keperkasaan Allah. Allah mengintervensi
kehidupan manusia selama manusia berada di jalan Allah dan
mengikhtiarkan sesuatu yang benar-benar mengharap ridha Allah total
tidak berkehendak atau tidak tergantung selain Allah. ''Jika kita
bersedekah, ternyata itu yang mengundang intervensi Allah lebih
cepat lagi,'' tandas Mulyadi berfilosofi.
Drs H
Mulyadi MMA
Tanggal Lahir : Bogor 2 November 2023
Istri : Nurasiah Jamil
Anak-anak :
Nurfajrina Sabila Putri Mulyadi
Muhammad Sultan Ramadhan Putra Mulyadi
Nursabrina Saskia Putri Mulyadi
Pendidikan :
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpar Bandung 1995
Pascasarjana Program Magister Management Agribisnis IPB 2004
Pekerjaan :
Direktur PT Infiniti Finance 1999-2003
Komisaris PT Steady Safe Tbk 1999-2003
Direktur Utama PT Steady Safe Tbk 2000-2001
Direktur Utama PT Zebra Nusantara Tbk 2003-Juni 2006
Ketua Bidang Transfortasi dan Telekomunikasi DPP HIPPI 2004-sekarang
Sumber :
republika.co.id
(Dengan sedekah dapat mengatasi
kesulitan, sedekah dapat mengangkat penyakit, dengan sedekah
mendatangkan kekayaan, dll)
|