GAGAL PINTU SUKSES
Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Begitulah pepatah yang sering
kita dengar. Tujuannya adalah untuk memompa semangat dan motivasi, bahwa
kegagalan bukanlah kiamat atau akhir segalanya. Kegagalan bisa membawa dampak
positif apabila kita bisa mengambil hikmah dari kegagalan itu. Namun kegagalan
juga bisa berdampak negatif apabila dianggap sebagai jalan buntu dan membuat
kita menyerah. Agar kegagalan tidak dianggap sebagai hal yang menakutkan,
ada beberapa hal yang bisa dilakukan :
Sikap positif merupakan pondasi utama untuk
memahami, kegagalan bukan sesuatu yang harus ditakuti. Tanpa sikap positif,
kita akan merasa hidup di alam mimpi, tidak ingin berbuat apa-apa lagi karena
takut gagal. Bersikap positif artinya mampu memandang kegagalan sebagai
peristiwa hidup yang harus dialami. Kita siap untuk menerima kegagalan dan
kesuksesan kapan saja dan dalam bentuk apapun, gagal diterima di STAN juga
bukanlan akhir segalanya.
Ada dua faktor utama
penyebab kegagalan, yakni internal dan eksternal. Faktor internal adalah penyebab dari dalam diri
kita sendiri. Mungkin kita kurang persiapan yang matang dalam mengikuti USM
STAN, waktu persiapan yang terlalu pendek, kurang mencari informasi, menganggap
enteng materi yang akan diujikan, menyerah sebelum bertanding, keterpaksaan
atau kita tidak melakukan tes dengan sepenuh hati. Faktor Eksternal adalah
penyebab di luar diri kita, misalnya tingkat persaingan yang tinggi dan
lainnya, yang dapat diatasi dengan meningkatkan persiapan secara internal.
Kita perlu melakukan identifikasi terhadap apa
saja penyebab kegagalan, kemudian mencoba mengatasinya. Jika kita perhatikan,
banyak calon mahasiswa STAN yang gagal dalam ujian hanya disebabkan
kesalahan-kesalah kecil yang seharusnya tidak perlu, misalnya kurang persiapan,
kurang membaca. Karena ujian saringan sangat menentukan diterima tidaknya di
STAN. Usahakan memprioritaskan penyebab
utama, baru penyebab lainnya. Caranya dengan mencatat hal-hal yang sering
membuat kita gagal, faktor internal maupun eksternal. misalnya kurang
penguasaan terhadap materi, kurang teliti, kurang cepat dalam mengerjakan
ujian. Faktor internal ada di dalam
diri kita dan mengatasinya jauh lebih sulit dibanding dengan faktor eksternal.
Umumnya bila kita gagal, yang pertama kali
disalahkan adalah pihak lain. Jarang mau mengakui dirinya bersalah, misalnya
jumlah peserta yang diterima terlalu sedikit, soal yang terlalu sulit, membuat
isu negatif. Dengan mengevaluasi diri berarti kita berusaha mengakui kesalahan
itu, juga bersikap dewasa dan bijaksana, karena berani beratanggung jawab
terhadap apa yang telah dilakukan. Evaluasi diri melatih diri kita semakin
mengerti tentang diri sendiri.
Kegagalan sebenarnya bukan merupakan tanda kita tidak mempunyai kekuatan dalam diri. Kita hanya belum mengenal atau mampu menggunakan kekuatan itu secara maksimal. Cobalah wujudkan kekuatan positif. Gali potensi-potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Kita akan berhasil menginventarisasi potensi-potensi apabila terus berusaha mengenali kekuatan kita.
Salah satu penyebab kegagalan adalah kelemahan
diri yang dianggap wajar. Rata-rata orang tidak berani menggali kelemahan diri.
Padahal, ketakutan merupakan cermin belum siapnya kita mengakui kelemahan diri.
Meneliti kelemahan sendiri merupakan kesempatan untuk koreksi diri. Sebaliknya,
bila tidak mau mengakui kelemahan, kita hidup dalam dunia maya, karena tidak
pernah melihat diri kita yang sebenarnya. Dengan mengenali kelemahan, kita akan
dapat memperbaiki diri.
Hendaknya kita pandai melihat peluang. Kegagalan
sebenarnya menyimpan berbagai kesempatan yang dapat diubah menjadi hal yang
menguntungkan. Namun, sering kali kita menganggap kegagalan bermakna negatif.
Peluang dapat diperoleh bila kita mau belajar dari kegagalan serta mampu
menyiasati hal-hal yang membuat kita gagal. Sadari, yang kita alami bukan
ancaman bagi kehidupan, melainkan kesempatan untuk mengubah hidup menjadi lebih
efektif.
Trial and Error merupakan salah satu tolok ukur
bahwa kita ingin mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Tinggal sejauh mana
kita mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Pikirkan dulu masak-masak
langkah yang akan kita tempuh. Kalau terjadi kesalahan kembali, jangan segan
melakukan revisi dan mencoba kembali sampai akhirnya berhasil mengatasinya.
Kuncinya, tekun dan pantang menyerah dalam uji coba mengatasi kegagalan.
Keberhasilan sebanding lurus dengan usaha yang
kita lakukan, namun sebaik apapun persiapan yang kita lakukan, kesuksesan
adalah hak prerogatif dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu usaha dan
persiapan yang baik harus diimbangi dengan doa dan amal perbuatan yang baik.
Sehingga jika usaha telah kita maksimal, namun hasil yang kita peroleh tidak
sesuai yang kita harapkan, maka kita harus berkeyakinan itulah yang terbaik
buat kita, karena Tuhan Maha Tahu kebutuhan hambanya.
(Sumber
: Terinspirasi dari majalah madani dan pengalaman pribadi admin)